“Merah.”
Satu kata, satu tarikan napas, satu cabikan yang terasa beribu-ribu kali sakitnya.
Air mata yang bisa ditunjukkan setelahnya, tak tahu lagi seberapa banyaknya, tak tahu lagi bagaimana sakitnya, tak tahu lagi bagaimana sedih dan kecewanya. Bohong kalau aku bilang aku baik-baik saja setelahnya. Bohong kalau aku bilang aku tak merasakan apa-apa.
Aku hancur.
Aku kecewa.
Aku sedih yang tak tahu lagi seberapa besarnya.
Hanya satu yang aku tidak sadari saat itu.
Ketika aku hancur, ada dua orang yang lebih hancur daripada aku. Ibu dan ayah. Walaupun beribu-ribu ucapan ‘tidak apa-apa’ yang ibu berikan. Walaupun beribu-ribu candaan dan senyuman yang ayah lontarkan. Hati mereka ikut hancur dan berantakan, melihat anak kesayangannya merasa gagal untuk pertama kalinya dikehidupan mereka yang sesungguhnya. Aku tidak sadar, seberapa inginnya mereka mengeluarkan air mata, seberapa inginnya mereka menangis juga.
Aku tidak sadar itu.
Kemarin, yang hanya aku tahu, aku merasa jatuh sejatuh-jatuhnya, merasa sedih, merasa kecewa akan hasilnya. Berkali-kali aku lontarkan pertanyaan ‘aku salah apa?!’ dan berkali-kali pula aku melamun mengingat semua lukanya.
Temanku sayang, aku tahu bagaimana rasanya, bagaimana sakitnya, bagaimana perih akan lukanya.
Tapi bukankah ada suatu hal harus kamu sadari? Kurang beruntung itu bukan berarti gagal, kita hanya salah membuka pintu, kunci yang kita bawa itu bukan untuk pintu ini, tapi pintu yang lain.
Tak perlu bersedih, tak perlu meratapi, lihat sekelilingmu, liat ayah dan ibu yang selalu ada untuk menuntun jalan mu walaupun mereka terseok-seok, ada keluarga yang melindungi kamu walaupun mereka harus jatuh-bangun, ada teman-temanmu yang mengucapkan selamat dan semangat walaupun mereka juga merasakan lukanya, ada orang disekelilingmu yang melakukan semuanya untukmu. Hanya saja, kamu tidak sadar.
Aku tak melarang kamu untuk menangis. Aku tahu, kamu dan aku sedang berada di posisi bawah. Aku tahu, kamu dan aku lagi sedih-sedihnya. Menangislah jika itu membuatmu lega. Tapi yang harus kamu tau,
Kamu itu tidak gagal.
Hanya butuh seseorang untuk membatu menopang kamu untuk bangkit. Yang keadaannya sama seperti kamu sekarang.
Yang kamu harus lakukan, ingat baik-baik keadaan ini dalam pikiran, jangan lupakan ya. Karena hidup itu, tidak merasakan jatuh hanya sekali, akan berkali-kali. Ingat baik-baik rasanya, agar suatu hari nanti, saat kita jatuh kembali, kita akan tau bagaimana rasanya, bagaimana akan menghadapinya.
Bangun ya? Bangkit lagi ya?
Kita bangun sama-sama, kita bangkit sama-sama, kita doa sama-sama, untuk mencari pintu yang lain, pintu yang pas untuk kunci yang kita bawa.
Kita cari pintunya, sampai ketemu. Setelahnya kita buka, kita pergi bersama, melihat dunia dengan keindahannya.
Untuk kamu,
Dari aku, yang lagi berusaha untuk bangkit.
~Venny Mar’atun S~