Jurusan hukum kerap kali dipandang sebagai jurusan yang menyeramkan, sangar, penuh dengan unsur politik, suka demo-demo, suka bawa-bawa Undang-Undang, dsb. Ternyata itu semua hanyalah mitos, faktanya tidak seperti itu. Berikut beberapa mitos VS fakta jurusan hukum:
1. Mitos: Sarjana Hukum pasti kerjanya banyak yang jadi pengacara atau juga banyak yang jadi notaris.
Fakta: Untuk menjadi pengacara atau notaris harus menempuh pendidikan S1 Hukum dilanjutkan dengan pendidikan khusus untuk mendapat nomor registrasi yang legal.
2. Mitos: Mahasiswa program studi hukum harus menghafal undang-undang dan seluruh pasal-pasal yang ada di dalamnya.
Fakta: Mahasiswa hukum tidak harus menghafal semua isi UU. Tapi perlu memahami sejarah, filosofi, dan dasar-dasar dari dibuatnya suatu peraturan.
3. Mitos: Mahasiswa program studi hukum paling banyak menjadi aktivis semasa kuliah.
Fakta: Aksi demo oleh aktivis ini sebenarnya bertujuan untuk menyuarakan pendapat, bukan tindakan anarkis seperti yang dianggap oleh kebanyakan orang.
4. Mitos: Mahasiswa program studi hukum tidak perlu belajar matematika dan hitung-hitungan lainnya.
Fakta: Pasti bertemu matematika dan hitung-hitungan karena di hukum pasti mempelajari perhitungan hukum waris, urusan jual-beli, hingga pembagian harta gono-gini.
5. Mitos: Mahasiswa program studi hukum tampangnya sangar-sangar dan cara bicaranya tegas banget.
Fakta: Tidak semuanya seperti itu karena setiap orang mempunyai sifat dasarnya masing-masing. Tapi ketika membicarakan hukum memang perlu tegas dan jelas.