Pergerakan Nasional Indonesia merupakan salah satu babak penting dalam sejarah bangsa. Ia lahir sebagai respons terhadap penjajahan kolonial Belanda yang berlangsung berabad-abad, serta sebagai buah dari kesadaran bangsa Indonesia akan pentingnya persatuan dan kemerdekaan. Pergerakan ini bukan sekadar kumpulan organisasi, melainkan sebuah gelombang kesadaran kolektif yang melibatkan kaum pelajar, intelektual, hingga masyarakat luas. Dari sinilah jalan menuju proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 mulai terbuka.
Latar Belakang Pergerakan Nasional
Pergerakan nasional tidak lahir secara tiba-tiba. Ada beberapa faktor penting yang menjadi latar belakang, antara lain:
1. Penjajahan Kolonial
Belanda menerapkan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) sejak 1830 yang menyengsarakan rakyat. Kemudian dilanjutkan dengan politik liberal abad ke-19, yang memberi ruang pada kapitalisme Barat untuk mengeruk kekayaan Nusantara. Eksploitasi ini membuat penderitaan ekonomi semakin dalam.
2. Politik Etis
Pada 1901, Belanda meluncurkan Politik Etis yang dikenal dengan slogan Irigasi, Edukasi, dan Transmigrasi. Walau pada praktiknya lebih banyak menguntungkan kolonial, kebijakan ini membuka peluang bagi rakyat pribumi untuk mengenyam pendidikan Barat. Dari sinilah lahir kaum intelektual terdidik yang kelak memimpin pergerakan.
3. Kebangkitan Nasionalisme Dunia
Gelombang nasionalisme sedang melanda dunia, seperti di India, Mesir, dan Filipina. Hal ini menjadi inspirasi bagi kaum terpelajar Indonesia untuk berjuang menuntut hak-hak politik dan kemerdekaan.
4. Perkembangan Media dan Komunikasi
Surat kabar, majalah, dan buku semakin mudah diakses. Media ini menjadi sarana penyebaran ide-ide kebangsaan dan alat konsolidasi perlawanan terhadap penjajah.
Fase-Fase Pergerakan Nasional
Pergerakan nasional Indonesia dapat dibagi dalam beberapa fase penting:
1. Fase Awal (1908–1918)
Dimulai dengan berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Organisasi ini menandai kebangkitan kesadaran nasional dan dianggap sebagai tonggak lahirnya Hari Kebangkitan Nasional. Walaupun sifatnya masih kedaerahan dan bergerak di bidang pendidikan, Budi Utomo membuka jalan bagi lahirnya organisasi-organisasi berikutnya.
Selain itu, berdirilah Sarekat Islam (SI) pada 1912, yang awalnya berorientasi ekonomi, tetapi kemudian berkembang menjadi kekuatan politik terbesar dengan jutaan anggota. SI menjadi wadah politik rakyat yang memperjuangkan hak-hak pribumi.
Pada tahun yang sama, lahir pula Indische Partij yang dipimpin oleh Tiga Serangkai: Douwes Dekker, Ki Hajar Dewantara, dan Tjipto Mangunkusumo. Walau akhirnya dilarang Belanda, organisasi ini menanamkan semangat anti-kolonial yang radikal.
2. Fase Radikalisasi (1918–1927)
Berdirinya Volksraad pada 1918 menjadi awal perjuangan politik dalam parlemen kolonial. Meski Volksraad hanya bersifat advisory council (dewan penasihat), beberapa tokoh seperti Mohammad Husni Thamrin memanfaatkannya untuk menyuarakan kepentingan rakyat.
Di periode ini juga muncul Perhimpunan Indonesia (PI) di Belanda, yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Mohammad Hatta dan Ali Sastroamidjojo. PI secara terbuka menyuarakan kemerdekaan penuh bagi Indonesia dan memperkenalkan istilah “Indonesia” sebagai identitas kebangsaan.
Pada 1920, Sarekat Islam Merah bergabung dengan ideologi komunis dan melahirkan PKI (Partai Komunis Indonesia). PKI sempat melakukan pemberontakan pada 1926–1927, walau akhirnya gagal dan ditumpas oleh Belanda.
3. Fase Konsolidasi Nasional (1927–1942)
Puncak konsolidasi pergerakan terjadi dengan berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI) oleh Soekarno pada 1927. PNI menegaskan tujuan utama: Indonesia Merdeka. Gerakan ini bersifat non-kooperatif terhadap Belanda, dengan mengandalkan propaganda, rapat umum, dan pendidikan politik rakyat.
Momentum penting lain adalah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Para pemuda dari berbagai daerah berikrar: “Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa: Indonesia.” Sumpah Pemuda menjadi simbol persatuan lintas suku, agama, dan daerah.
Di sisi lain, tokoh-tokoh pergerakan banyak yang ditangkap dan diasingkan oleh Belanda. Soekarno, Hatta, Sjahrir, hingga Tan Malaka mengalami pembuangan. Namun, semangat perlawanan tidak padam. Organisasi-organisasi pemuda, wanita, dan buruh tetap bergerak.
4. Masa Pendudukan Jepang (1942–1945)
Masuknya Jepang mengubah peta pergerakan. Jepang memanfaatkan tokoh-tokoh nasionalis untuk mendukung perang Asia Timur Raya. Organisasi seperti Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) menjadi wadah baru bagi nasionalis untuk memperjuangkan kemerdekaan.
Walaupun penuh manipulasi, masa pendudukan Jepang membuka peluang bagi bangsa Indonesia mempersiapkan struktur pemerintahan, militer (melalui PETA dan Heiho), serta ideologi kebangsaan. Inilah yang akhirnya mempercepat proses menuju proklamasi 17 Agustus 1945.
Tokoh-Tokoh Penting Pergerakan Nasional
1. Soekarno
Pendiri PNI dan orator ulung yang mampu membakar semangat rakyat dengan gagasan Marhaenisme. Soekarno kemudian menjadi Proklamator dan Presiden pertama Republik Indonesia.
2. Mohammad Hatta
Dikenal sebagai “Bapak Koperasi Indonesia”. Bersama Soekarno, Hatta memproklamasikan kemerdekaan. Ia memperjuangkan kemandirian ekonomi bangsa melalui koperasi.
3. Ki Hajar Dewantara
Pendiri Taman Siswa, pelopor pendidikan nasional, dengan semboyan “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.”
4. Tjipto Mangunkusumo
Salah satu Tiga Serangkai, tokoh perintis pergerakan radikal anti-kolonial.
5. Sutan Sjahrir
Pemikir muda yang menekankan pentingnya demokrasi dan pendidikan politik. Kelak menjadi Perdana Menteri pertama Indonesia.
6. Kartini
Tokoh emansipasi wanita yang gagasannya menginspirasi perjuangan kesetaraan gender dalam pergerakan nasional.
Dampak Pergerakan Nasional
Pergerakan nasional membawa dampak besar bagi lahirnya bangsa Indonesia:
-
Kesadaran Nasional
Bangsa Indonesia mulai menyadari dirinya sebagai satu kesatuan politik dan budaya, bukan sekadar kumpulan suku. -
Terbentuknya Identitas Bangsa
Istilah “Indonesia” dipopulerkan dan diterima luas, menggantikan penyebutan “Hindia Belanda”. -
Landasan Politik dan Organisasi
Organisasi-organisasi pergerakan menjadi cikal bakal partai politik modern setelah kemerdekaan. -
Jalan Menuju Kemerdekaan
Perjuangan diplomasi, politik, dan pendidikan selama masa pergerakan nasional mempersiapkan bangsa untuk akhirnya merdeka.
Pergerakan Nasional Indonesia adalah proses panjang yang mengantarkan bangsa ini menuju kemerdekaan. Dimulai dari Budi Utomo 1908, Sarekat Islam, Indische Partij, Sumpah Pemuda 1928, hingga pembentukan PNI dan persiapan kemerdekaan di masa Jepang. Perjuangan yang awalnya bersifat kultural dan kedaerahan berubah menjadi gerakan politik nasional yang terorganisir.
Tokoh-tokoh pergerakan nasional memberikan kontribusi besar melalui pemikiran, organisasi, dan pengorbanan. Dampaknya terasa hingga hari ini, karena tanpa pergerakan nasional, bangsa Indonesia mungkin tidak akan memiliki kesadaran kolektif untuk bersatu dan merdeka.
Dengan memahami sejarah pergerakan nasional, generasi muda diharapkan mampu meneladani semangat perjuangan, persatuan, dan pengorbanan para pendahulu demi menjaga keutuhan dan kemajuan bangsa.