Loading...
world-news

Korespondensi Formal Materi Bahasa Inggris Kelas 12


Dalam dunia kerja, pendidikan, dan pemerintahan, kemampuan berkomunikasi secara tertulis menjadi salah satu keterampilan penting. Salah satu bentuk komunikasi tertulis yang paling sering digunakan adalah korespondensi formal. Korespondensi formal bukan sekadar surat biasa, melainkan sarana komunikasi resmi yang memiliki fungsi, struktur, dan etika tersendiri.
Korespondensi formal mencerminkan profesionalisme, kejelasan pesan, dan citra lembaga atau individu yang mengirimkannya. Oleh karena itu, memahami teknik penulisan dan prinsip dasar korespondensi formal menjadi keterampilan wajib, terutama bagi pegawai, pelajar, mahasiswa, dan pihak yang berkecimpung di lingkungan birokrasi.

Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai pengertian, tujuan, jenis, komponen, etika penulisan, serta tantangan dan adaptasi korespondensi formal di era digital.


Pengertian Korespondensi Formal

Korespondensi berasal dari kata “correspondence” yang berarti pertukaran pesan tertulis antara dua pihak atau lebih. Sementara “formal” menunjukkan sifat resmi, mengikuti aturan tertentu, dan digunakan dalam konteks profesional.
Maka, korespondensi formal dapat diartikan sebagai komunikasi tertulis yang bersifat resmi antara individu, instansi, atau organisasi dengan tujuan tertentu yang jelas.

Korespondensi formal umumnya menggunakan bahasa baku, struktur standar, dan nada komunikasi yang sopan. Media yang digunakan dapat berupa surat cetak, memo, email resmi, atau dokumen digital dengan kop lembaga.


Tujuan Korespondensi Formal

Setiap surat formal memiliki maksud tertentu yang ingin disampaikan. Beberapa tujuan utama korespondensi formal antara lain:

  1. Menyampaikan informasi resmi
    Misalnya pemberitahuan kegiatan, perubahan jadwal, atau pengumuman hasil rapat.

  2. Meminta atau memberikan izin
    Seperti surat permohonan cuti, izin penelitian, atau izin penggunaan fasilitas.

  3. Menyampaikan permohonan atau kerja sama
    Contohnya surat permohonan sponsor, surat penawaran kerja sama, atau proposal kolaborasi antarinstansi.

  4. Menjawab atau menindaklanjuti surat lain
    Surat balasan, surat konfirmasi, atau tanggapan terhadap permohonan yang diterima.

  5. Memberikan instruksi atau perintah
    Biasanya dilakukan oleh pimpinan kepada bawahan dalam konteks kedinasan.

  6. Menjaga hubungan profesional
    Korespondensi yang baik menciptakan hubungan kerja yang sehat dan meningkatkan kredibilitas lembaga.


Sejarah Singkat Korespondensi Formal

Korespondensi formal telah ada sejak masa peradaban kuno, ketika raja dan pejabat tinggi menggunakan surat tertulis untuk berkomunikasi dengan wilayah kekuasaan yang jauh. Di Nusantara, praktik ini dikenal sejak zaman kerajaan melalui prasasti dan surat kerajaan yang ditulis di daun lontar atau tembaga.

Memasuki abad ke-19, dengan hadirnya sistem pos modern, surat menjadi sarana utama komunikasi resmi antarinstansi dan individu. Pada masa kolonial Belanda, tata cara penulisan surat resmi diadopsi dari sistem administrasi Barat, terutama dalam konteks pemerintahan dan perdagangan.

Kini, di era digital, bentuk korespondensi formal mengalami transformasi menjadi email resmi, surat elektronik instansi, dan dokumen digital. Namun prinsip dasar — kejelasan, kesopanan, dan ketepatan format — tetap dipertahankan.


Jenis-Jenis Korespondensi Formal

Korespondensi formal dapat dibedakan berdasarkan tujuan dan pihak yang terlibat. Berikut klasifikasinya:

1. Berdasarkan Tujuan

  • Surat Pemberitahuan: Menginformasikan kegiatan, keputusan, atau pengumuman.

  • Surat Permohonan: Berisi permintaan kepada pihak lain untuk tujuan tertentu.

  • Surat Undangan: Digunakan untuk mengundang pihak tertentu dalam acara resmi.

  • Surat Tugas atau Surat Keputusan: Menugaskan seseorang menjalankan tugas tertentu.

  • Surat Balasan: Menjawab atau menanggapi surat yang diterima.

  • Surat Peringatan: Dikeluarkan untuk menegur atau mengingatkan seseorang secara resmi.

2. Berdasarkan Pihak yang Terlibat

  • Surat Intern (Internal Letter): Komunikasi antarbagian dalam satu instansi.
    Contoh: surat edaran kepala bagian ke seluruh staf.

  • Surat Ekstern (External Letter): Dikirim kepada pihak di luar organisasi.
    Contoh: surat penawaran kepada mitra kerja.

3. Berdasarkan Media

  • Surat Cetak (Printed Letter): Ditulis atau diketik di atas kertas berkop resmi.

  • Surat Elektronik (Email Formal): Dikirim melalui platform digital dengan tata bahasa resmi.


Struktur dan Unsur Korespondensi Formal

Agar surat formal mudah dipahami dan memiliki kekuatan hukum atau administratif, diperlukan struktur baku. Umumnya terdiri dari unsur-unsur berikut:

1. Kepala Surat (Kop Surat)

Berisi identitas lembaga pengirim, seperti nama instansi, alamat, nomor telepon, email, dan logo resmi. Kop surat menunjukkan keaslian dan keabsahan dokumen.

2. Nomor Surat

Setiap surat resmi diberi nomor unik untuk keperluan arsip dan pelacakan.

3. Lampiran dan Perihal

  • Lampiran: Dokumen tambahan yang menyertai surat.

  • Perihal: Ringkasan isi surat, misalnya Permohonan Izin Penelitian.

4. Tanggal dan Tempat Pembuatan Surat

Menunjukkan waktu surat dibuat, penting untuk catatan administrasi.

5. Alamat Tujuan

Berisi nama penerima, jabatan, dan alamat lembaga atau individu yang dituju.

6. Salam Pembuka

Umumnya menggunakan “Dengan hormat,” atau “Kepada Yth.”

7. Isi Surat

Terdiri dari tiga bagian utama:

  • Pembuka: Latar belakang atau maksud singkat surat.

  • Isi Pokok: Penjelasan utama atau permintaan.

  • Penutup: Harapan, ucapan terima kasih, dan kalimat sopan.

8. Salam Penutup

Biasanya berupa “Hormat kami,” “Atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih,” dan sejenisnya.

9. Nama dan Tanda Tangan

Berisi nama terang, jabatan, serta tanda tangan pejabat berwenang.

10. Tembusan (cc)

Menunjukkan pihak lain yang menerima salinan surat tersebut.


Ciri-Ciri Bahasa Korespondensi Formal

Bahasa yang digunakan dalam korespondensi formal memiliki karakteristik khusus, yaitu:

  1. Menggunakan bahasa baku dan ejaan yang sesuai EYD.
    Contoh: “Dengan hormat,” bukan “Dengan hormatnya”.

  2. Konsisten dan logis.
    Setiap kalimat disusun dengan urutan logis agar mudah dipahami.

  3. Sopan dan objektif.
    Tidak menyinggung atau terlalu personal.

  4. Langsung ke inti masalah.
    Tidak bertele-tele, tetapi tetap menjaga kesantunan.

  5. Menghindari singkatan tidak baku.
    Misalnya, hindari “yg”, “dgn”, “krn”.


Etika Penulisan Korespondensi Formal

Selain format dan bahasa, etika menjadi aspek penting dalam korespondensi formal. Etika menunjukkan sikap profesional dan menghargai penerima. Berikut prinsip utamanya:

  1. Sopan santun dan empati.
    Gunakan nada hormat dan hindari kalimat yang dapat diartikan negatif.

  2. Kejujuran dan kejelasan.
    Jangan menyamarkan maksud surat.

  3. Kerapian dan tata letak.
    Surat harus ditulis dengan format seragam, rapi, dan mudah dibaca.

  4. Kerahasiaan.
    Beberapa surat bersifat rahasia dan tidak boleh disebarluaskan.

  5. Konsistensi identitas.
    Gunakan kop surat dan tanda tangan pejabat sesuai wewenang.

  6. Penggunaan gelar dan sapaan yang benar.
    Misalnya, “Bapak/Ibu”, “Yth.”, bukan “Bro” atau “Kak”.


Kesalahan Umum dalam Korespondensi Formal

Walaupun tampak sederhana, banyak kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan surat resmi, seperti:

  • Menggunakan bahasa tidak baku atau informal.

  • Tidak mencantumkan nomor surat atau perihal.

  • Tanda baca dan ejaan tidak sesuai.

  • Mengabaikan struktur standar.

  • Tidak menyertakan tanda tangan pejabat berwenang.

  • Terlalu panjang dan bertele-tele.

  • Salah menyebut nama atau jabatan penerima.

Kesalahan kecil dapat berdampak besar, misalnya menurunkan kredibilitas lembaga atau menimbulkan kesalahpahaman.

Korespondensi Formal di Era Digital

Transformasi digital mengubah cara orang berkomunikasi. Kini, korespondensi formal tidak hanya berbentuk surat cetak, tetapi juga hadir dalam format elektronik seperti email resmi, surat digital, dan sistem e-office.

Beberapa perbedaan antara surat cetak dan email formal:

AspekSurat CetakEmail Formal
MediaKertasDigital
Waktu PengirimanLambat (hari)Cepat (detik)
ArsipFisikElektronik
Tanda TanganBasahDigital (e-signature)
Gaya BahasaFormal penuhLebih ringkas, tapi tetap sopan


Namun, email formal tetap harus mengikuti prinsip korespondensi formal, seperti penggunaan bahasa baku, salam pembuka, dan penutup yang sopan.


Korespondensi Formal dalam Dunia Profesional

Dalam dunia kerja, korespondensi formal memiliki fungsi penting, di antaranya:

  • Sebagai bukti administratif: surat keputusan, surat kontrak, dan surat perjanjian menjadi dokumen hukum.

  • Sebagai alat komunikasi lintas instansi: memperlancar koordinasi antardepartemen atau antarperusahaan.

  • Sebagai representasi citra perusahaan: kualitas surat mencerminkan profesionalisme organisasi.

  • Sebagai arsip sejarah dan dokumentasi: setiap surat mencatat jejak kebijakan dan keputusan penting.


Tantangan Korespondensi Formal Modern

Meski digitalisasi mempermudah komunikasi, ada tantangan baru:

  1. Menjaga etika di ruang digital.
    Banyak pengguna menulis email seperti pesan singkat, tanpa salam atau penutup.

  2. Kerahasiaan dan keamanan data.
    Surat elektronik mudah bocor jika tidak dienkripsi.

  3. Kelebihan informasi.
    Banyaknya email membuat pesan penting bisa terlewat.

  4. Penurunan kemampuan menulis formal.
    Generasi muda cenderung terbiasa dengan gaya informal di media sosial.


Cara Menulis Email Formal yang Baik

  1. Gunakan alamat email profesional, misalnya: nama@perusahaan.com.

  2. Tuliskan subjek email yang jelas.

  3. Awali dengan sapaan sopan: “Kepada Yth.” atau “Selamat pagi Bapak/Ibu.”

  4. Gunakan paragraf singkat, padat, dan jelas.

  5. Tutup dengan ucapan terima kasih dan tanda tangan digital.

  6. Hindari emotikon, singkatan tidak baku, dan huruf kapital berlebihan.

Korespondensi formal merupakan pilar komunikasi profesional yang menjembatani hubungan antarindividu maupun antarinstansi. Ia bukan hanya media penyampaian pesan, tetapi juga simbol integritas, etika, dan budaya organisasi.

Meskipun bentuk dan medianya berubah mengikuti perkembangan zaman, nilai-nilai dasar korespondensi formal — seperti kejelasan, kesopanan, dan keakuratan — tetap relevan.
Di era digital yang serba cepat, kemampuan menulis korespondensi formal yang efektif justru menjadi pembeda utama antara profesional yang matang dan yang kurang berpengalaman.

Korespondensi formal yang baik tidak hanya menyampaikan pesan, tetapi juga membangun kepercayaan, memperkuat hubungan, dan memperluas peluang kerja sama.