Mungkin kita pernah merasakan, banyak hal di sekitar terjadi karna sebuah keberuntungan. Ya, keberuntungan yang tidak pernah disangka atau direncanakan sebelumnya.
Tidak jarang kita beranggapan bahwa banyak hal yang telah membawa kita mendapat kesempatan luar biasa dalam hidup terjadi karena sebuah keberuntungan. Hal-hal yang dianggap sepele (atau bahkan sebuah ketidaksengajaan) ternyata malah membawa menuju sebuah keberhasilan.
Lebih parah lagi jika kita sempat punya pemikiran bahwa kebaikan dan kesempatan yang dialami orang lain didapatkan karena sebuah KEBERUNTUNGAN.
Beberapa dari kita mungkin pernah berpendapat “Ah, aku bisa seperti ini karena beruntung” “Tentu saja si A bisa memenangkan lomba, kan dia BERUNTUNG ”, dan sebagainya. Namun, apakah semua itu benar benar terjadi karena sebuah keberuntungan?
Saya ingin menceritakan sedikit pengalaman saya sewaktu mengikuti Sakura Science High School Program yang diadakan oleh Japan Scienc and Technology Agency.
Pagi yang cerah di bulan April 2017, pada suatu simposium di Kisarazu High school yang terletak di prefektur Chiba, Jepang, saya berkesempatan mendengarkan seminar singkat dari seorang peraih Nobel Kimia berkebangsaan Jepang tahun 2001, Bapak Prof. Ryoji Noyori tentang studinya mengenai “ Asymmetric Catalysis Reaction”.
Beliau bercerita mengenai apa itu asymmetric catalyst dalam seminarnya dan berbagai macam kegunaan asymmetric catalysis reaction dalam perkembangan ilmu kimia khususnya kimia organik.
Setelah beliau selesai menyampaikan materinya, dibukalah sesi tanya jawab.
Pertanyaan saya saat itu sebenarnya sangat sederhana:
“What is the most momentous things that inspired you to invent the Asymmetric Catalysis Reaction?”
Beliau kemudian tertawa, dan menjawab (intinya dalam bahasa Indonesia)
“Saat itu adalah musim dingin yang berat ketika laboratorium tempat saya bekerja bersama dua peneliti lainnya di Stockholm University. Saya secara tidak sengaja mereaksikan sebuah larutan ke dalam erlenmeyer yang kami pakai untuk mengisolasi senyawa. Dan ternyata hasilnya sangat di luar dugaan, kami telah berhasil mengembangkan asimetrik katalis dan kami mulai menulisnya dalam laporan penelitian kami. Memang itu adalah sebuah ketidaksengajaan, jadi kami sangat beruntung.”
Kemudian seisi simposium tertawa (termasuk saya). karena memang tidak jarang kita mendengar cerita, banyak temuan penting di dunia tercipta karena sebuah ketidaksengajaan.
Namun saat itu juga, Tiba tiba beliau menambahkan.
“Tetapi, jika saya tidak berada di laboratorium Stockholm waktu itu bersama mereka melakukan penelitian, apakah akan tetap terjadi “ketidaksengajaan” itu?”
Seisi simposium kemudian hening.
Jika kita menelaah, pertanyaan beliau secara langsung menggambarkan bahwa sebenarnya keberuntungan pasti hanya akan datang ketika kita berusaha mencapainya. kita harus membuka pintu kesempatan untuk mendapatkan sebuah keberuntungan tersebut. Bukan dari sebuah ketidak sengajaan yang datang secara tiba tiba. Tidak ada yang namanya sebuah keberuntungan datang tanpa sebab.
Artinya, kita tidak bisa hanya menunggu sebuah keberuntungan itu datang dalam hidup kita. Kita harus membuka semua kemungkinan dan memaksimalkan segala usaha untuk mencapainya.
Kembali lagi ke pertanyaan Prof. Ryoji Noyori, akankah Asymmetric Catalysis Reaction dapat dikembangkan jika beliau tidak ada di laboratorium Stockholm University kala itu?
Akankah beliau berkesempatan melakukan penelitian di laboratorium Stockholm University jika beliau tidak melakukan studi mengenai katalis?
Akankah beliau menjadi seorang peneliti asymmetric catalisis reaction jika beliau tidak pernah belajar tentang ilmunya?
Kata beliau, jawaban semuanya adalah TIDAK. Oleh karena itu, sekali lagi saya tekankan, dalam hidup tidak ada yang namanya keberuntungan tanpa usaha. Keberuntungan merupakan pemberian Tuhan yang hanya bisa diciptakan jika telah mencapai titik maksimal dari semua jerih payah kita menggapai cita cita.
Kita tidak pantas melabeli keberhasilan sebagai hasil dari sebuah keberuntungan dengan mengabaikan prosesnya.
Sakura High School Exchange Program in Science
Ditulis oleh : Mutiara Auliya Firdausy - Relawan MASUK PTN